Rabu, 14 April 2010

C. PERANAN PEDAGANG DAN ULAMA DALAM PENYIARAN AGAMA ISLAM DI INDONESIA

Para pedagang dan ulama baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, banyak berperan dalam penyiaran agama Islam di Indonesia.

1. Peranan Pedagang dalam Menyiarkan Agama Islam di Indonesia.

Berita yang menyebutkan bahwa adanya orang-orang muslim yang berdagang dan singgah di kepulauan Indonesia berasal dari catatan Cina pada masa Dinasti Tang, yang berkuasa pada sekitar abad ke-7. Dari berita ini diketahui bahwa penyebaran agama Islam di Indonesia dibawa oleh para pedagang muslim, yang kemudian diketahui mereka adalah para pedagang dari Arab, Persia dan Gujarat.
Para pedagang ini kemudian bertempat tinggal di Indonesia di sekitar pusat-pisat perdagangan. Oleh karena itu, terjadi hubungan akrab antarsesama pedagang dan antara para pedagang dengan penduduk Indonesia/masyarakat setempat. Di antara para pedagang ada yang berhasil memperoleh status sosial yang cukup tinggi karena kekayaannya, sehingga dapat menjadi menantu bangsawan atau bahkan ada yang diambil sebagai menantu raja.
Pedagang asing merupakan golongan pembawa ajaran agama Islam, sedang penerimanya adalah orang Indonesia sesama pedagang, kaum bangsawan, raja beserta keluarganya, dan masyarakat luas. Para pedagang asing dipastikan dapat berhadapan langsung dengan raja dan kaum bangsawan, karena raja disamping penguasa juga pemegang kunci utama perdagangan.
Menurut cerita tradisional dan kitab babad, disebutkan bahwa para walilah yang berperan sebagai penyebar agama Islam di tanah jawa. maka para wali terutama Wali Sanga adalah golongan penerima yang kemudian dengan semangat tinggi menyebarkan agama Islam di kalangan masyarakat luas. menurut sumber hikayat Banjar, para penghulu Demak adalah pembawa dan penyebar agama Islam di Banjar ( Kalimantan Selatan ). Sedangkan di Sulawesi yang dianggap sebagai pembawa dan penyebar agama Islam adalah Datuk Bandang dan Datuk Sulaiman. Maka dari itu bangsawan kerajaan yang telah menjadi muslim (ulama), menjadi golongan penyebar agama Islam ke daerah lain sekaligus dalam rangka meluaskan pengaruh kerajaan.

2. Peranan Ulama dalam Mengembangkan Agama Islam di Indonesia

a. Peranan Ulama dan Wali Sanga

Penyebaran agama Islam di Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan peranan ulama dan para wali. Para ulama dan para wali biasanya berasal dari kalangan bangsawan atau paling tidak orang yang dekat dengan kerajaan. Raja-raja di Indonesia memberdayakan para ulama dan para wali sebagai penyebar agama Islam di daerah-daerah. Merekalah yang berjasa dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Jumlah para wali di Jawa sebenarnya banyak, tetapi yang terkenal hanya sembilan orang, terkenal dengan sebutan Wali Sanga.
1). Sunan Gresik
Nama asli Sunan Gresik adalah Syekh Maulana Malik Ibrahim, dikenal dengan Maulana Maghribi. Beliau sebagai penyebar agama Islam di Gresik dan sekitarnya. Beliau dikenal sebagai wali pertama dan guru dari para wali yang lain di Jawa.
2). Sunan Ampel
Sunan ampel menyebarkan agama Islam di daerah Ampel Dhenta, Surabaya. Dia dikenal sebagai bapak para wali, karena kedua anaknya Sunan Bonang dan Sunan Drajat termasuk golongan para Wali Sanga. Nama asli Sunan Ampel adalah Raden Rahmat. Beliau ikut serta dalam pembangunan Mesjid Agung di Demak.
3). Sunan Giri.
Nama asli Sunan Giri adalah Raden Paku, putra ulama besar Syekh Maulana Ishak. Beliau penyebar agama Islam di daerah Ternate dan Tidore, di samping daerah Gresik.
4). Sunan Bonang
Nama asli Sunan Bonang adalah Makdum Ibrahim. Beliau adalah putra Sunan Ampel, dan guru dari Sunan Kalijaga. Daerah penyebarannya di daerah Tuban dan Lasem.
5). Sunan Drajat
Nama asli Sunan Drajat adalah Syarifudin. sejak kecil sudah dikenal karena kecerdasannya. Dia guru dari Sunan Kalijaga . Daerah penyebarannya adalah di sekitar Lamongan.
6). Sunan Kudus.
Sunan Kudus melakukan penyebaran agama Islam di daerah Kudus. Nama aslinya adalah Jafar Shodiq. Peninggalan Sunan Kudus yang sampai sekarang masih terpelihara dengan baik adalah masjid dan menara di Kudus.
7). Sunan Kalijaga.
Sunan kalijaga bertugas menyebarkan agama Islam di daerah Demak dan sekitarnya. Sunan Kalijaga adalah wali yang sangat terkenal karena menyebarkan agama Islam melalui seni wayang kulit. Caranya dengan mengadakan pertunjukkan, sambil diisi dakwah. Nama asli Sunan Kalijaga adalah Raden Mas Said.
8). Sunan Gunung Jati.
Nama asli dari Sunan Gunung Jati adalah Syarif Hidayatullah. Ketika menjadi raja di Banten, ia bergelar Faletehan. Daerah sasaran penyebaran agama Islam yang ia lakukan meliputi daerah Banten sampai Cirebon. Di samping itu Syarif Hidayatullah pernah menjadi panglima perang Kerajaan Demak ketika memimpin pasukan untuk berperang ke Sunda Kelapa melawan Portugis. dengan keberaniaannya itu, Syarif Hidayatullah dikenal dengan nama Fatahillah. Setelah wafat ia dimakamkan di Gunung Jati maka dikenal dengan Sunan Gunung jati.
9). Sunan Muria
Sunan Muria melakukan penyebaran agama Islam di daerah Calo di lereng Gunung Muria. Nama aslinya Raden Umar Said

b. Peranan Para Wali Sanga di Jawa
Para wali sanga adalah ulama yang banyak berperan di bidang politik, agama , sosial dan budaya.

1). Peranan Wali di Bidang Politik.
Pada umumnya wali menjadi penasehat kerajaan, menjadi guru para raja dan keluarganya. Ada juga wali yang menjadi raja, yaitu Faletehan. Para wali ikut mendukung kebijakan-kebijakan raja.
2). Peranan Wali di Bidang Agama.
Peran para wali yang utama adalah melakukan dakwah. Para wali mempunya i pondok pesantren sebagi pusat pendidikan agama. Selain menjadi guru di pondok, juga memberikan dakwah di daerah-daerah lain di tempat-tempat umum. Selain itu juga memberikan dakwah di lingkungan kerajaan.
Kecuali menggunakan dakwah, media lain yang digunakan dalam penyebaran agama islam adalah budaya setempat. Seperti yang dilakukan Sunan kalijaga, yaitu melalui pagelaran wayang kulit dan tembang atu gending dolanan.
3). Peranan wali di bidang sosial budaya
Misi sosial budaya yang dilaksanakan para wali akan terlihat dari hasil penyiaran agama dan budaya Islam. Hal ini tampak pada perubahan tingkah laku dan perubahan budaya umat sesudah menerima ajaran agama Islam. misalnya pola makan, Islam mengajarkan makanan yang halal dan haram. Dalam perkawinan, pernikahan secara islam perlu dihadirkan penghulu dan wajib mengucapkan kalimat Syahadat. para wali menghasilkan budaya baru sebagai asimilasi budaya, yaitu kebudayaan Islam dan kebudayaan setempat. ContoH sekatenan di solo, grebed Syawal di yogyakarta, Besaran di Demak dan Halal bi Hala di seluruh Indonesia. Para wali juga mengembangkan pengetahuan dan menulis buku. Misalnya kitab bonang yang dikarang oleh Sunan Bonang, yang sekarang disimpan di Belanda.

Para Ulama lain setelah Wali Sanga yang peranannya sama dengan para wali masih banyak jumlahnya. Mereka berasal dari Jawa maupun luar Jawa.

a). Tokoh Ulama di Jawa
1. Syekh bentong, daerah penyebarannya di gunung lawu
2. Sunan Bayat, daerah Klaten dan sekitarnya.
3. Syekh Majagung, Sunan Sendang, dan Sunan Prapen adalah ulama pemilik dan pemimpin
pondok pesantren yang banyak peranannya dalan pendidikan agama Islam di pulau Jawa.

b). Tokoh Ulama dari luar Jawa
1. Datuk Bandang, menyebarkan agama Islam di Makasar belajar agama islam di Demak.
2. Datuk Sulaiman, menyebarkan agama islam di sulawesi tengah dan Utara, belajar dari Su-
nan Giri.
3. Tuan Tunggang Parang, menyebarkan agama Islam di Kalimantan timur.
4. Penghulu Demak adalah ulama-ulama dari Banjarmasin yg belajar agama Islam di demak,
kemudian menyebarkan di Banjarmasin.

c). Ulama Pemikir Indonesia
1. Nurudun Ar-Raniri
Nama lengkap Nurudin bin Ali bin Hasanji bin Muhammad humaid ar-raniri. Berasal dari
daerah Ranir, gujarat. Datang ke Aceh pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. ia
banyak mengajarkan pelajaran tasawuf. Kitab yang ditulis berjudul Sirat Al Mustakim.
2. Syekh Abdurrauf.
Terkenal dengan sebutan syekh kuala atau tengku Kuala. dilahirkan di Singkel tahun 1620
Masehi. Tahun 1642 pergi ke Arab untuk belajar agama Islam, kembali ke Aceh tahun
1661 dan mendirikan pondok pesantren di muara sungai Aceh.
Ajarannya dipusatkan pada ilmu Tasawauf Tarikat Syatariah tersebar hingga ke
Semenanjung Malaya ( Malaysia ). Diantara muridnya yang terkenal adalah Syekh
Burhannudin dari Minangkabau.
3. Hamzah Fansuri.
Asli berasal dari Aceh. Ia juga seorang ulama Tasawuf. Ilmu tasawuf yang diajarkan
disebut ilmu As-Suluk. Hamzah Fansuri menganut aliran Tasawuf Heterodok yang
ditentang oleh Nurudin Ar-Raniri. Di Jawa ditentang oleh Sunan Bonang karena dianggap
sesat. Untuk menentang tasawuf heterodoks Sunan Bonang menulis Kitab Bonang.





3 komentar: